Stop Debat di Kasir! Tim 'Kyuris' Minggir Dulu, Ini Cara Baca QRIS yang Benar Menurut Bank Indonesia
Apakah Anda termasuk tim yang menyebut "Kyuris," atau tim yang menyebut "Kris," atau bahkan tim yang menyebutnya "Keris" seperti senjata pusaka?
Perdebatan mengenai cara baca yang benar dari QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) adalah drama kecil sehari-hari di kasir, cafe, hingga warung. Namun, sebagai standar pembayaran nasional yang diatur Bank Indonesia (BI), tentu ada satu cara baca resmi. Kabar baiknya: BI akhirnya turun tangan dan mengakhiri perdebatan ini!
Kebingungan ini muncul karena di banyak negara lain, kode QR sering diucapkan dengan mengacu pada huruf awal Q-R (seperti Q-R code). Logika ini membuat banyak orang Indonesia menyebutnya "Kyuris" atau "Kiyuris". Sementara itu, bagi sebagian orang, pengucapan yang cepat dan efisien adalah yang terbaik.
Menurut otoritas tertinggi di sistem pembayaran ini, Bank Indonesia, tidak ada lagi ruang untuk perdebatan atau variasi. Cara baca QRIS yang benar dan resmi adalah:
Ya, hanya dua suku kata: KRIS. Jadi, lupakan "Kyuris," "Kiyuris," apalagi "Keris."
Pemilihan pengucapan "KRIS" didasarkan pada beberapa faktor penting dalam standardisasi:
Efisiensi Komunikasi: Pengucapan yang pendek dan tunggal memudahkan komunikasi dan mengurangi potensi kesalahan antara pedagang, konsumen, dan sistem.
Standardisasi Nasional: Sebagai alat vital dalam Pembayaran Digital Indonesia, pengucapan yang seragam harus ditegakkan untuk menjaga citra dan keseriusan sistem.
Fokus pada Kata Kunci: Pengucapan "KRIS" memprioritaskan penyebutan nama standar itu sendiri, bukan hanya huruf-huruf pembentuknya (Q-R-I-S).
Jadi, mulai sekarang, saat Anda ingin membayar di warung langganan Anda, katakan saja dengan lantang dan percaya diri: "Bayar pakai KRIS ya, Mas/Mbak!"
Dengan demikian, Anda tidak hanya bertransaksi dengan benar, tetapi juga ikut menyebarkan standardisasi yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Selamat tinggal perdebatan di kasir!